Opini : Aktualisasi “Ar-Rahman” kasih sayang dalam menghadapi Covid-19

Setelah berikhtiar dan tawakkal, selanjutnya marilah kita tafakkur dan bersedekah. “Cobaan” yang di turunkan Tuhan ke Bumi adalah bentuk kasih sayang-Nya terhadap hamba-hambaNya agar kita kembali padaNya. Bukankah kita berasal dariNya?? Tentu kita akan kembali padaNya.

Apakah “cobaan” yang di turunkan Tuhan ke bumi mengingatkan kita padaNya

Apakah dengan “cobaan” Covid 19 semakin menumbuhkan rasa “kasih sayang” kita terhadap sesama??

Sekecil apapun uluran tangan anda sangat membantu saudara-saudara kita yang tidak seberuntung anda yang bisa bekerja dan menghasilkan uang dari rumah sekalipun.

Jangan ragu untuk bersedekah, karena sedekah adalah penyembuh segala penyakit serta bentuk “kasih sayang” kita kepada sesama manusia.

Bukankah semua Agama bahkan Atheis sekalipun mengajarkan kita untuk berbelas “kasih” terhadap sesama, serta menjauhi sikap saling bermusuhan??

Berikut saya kutip pendapat tokoh-tokoh besar agama yang berpengaruh di dunia dan tokoh atheis tentang “kasih” dan menjauhi sikap permusuhan terhadap sesama.

Nietzsche dalam Zarathustra : Janganlah membalas kecurangan dengan kecurangan, jangan pula membalas kejahatan dengan kejahatan tapi anggaplah kecurangan dan kejahatan yg dilakukan orang lain sebagai suatu kebaikan.

Yesus dalam Matius 5 : 39 ; Janganlah kamu melawan orang yg berbuat jahat kepadamu melainkan siapapun menampar pipi kananmu berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Muhammad SAW ; ketika berdakwah mengajak kepada kebaikan sering diludahi dan dilempari kotoran oleh umatnya ketika salah seorang dari mereka yang sering melempari kotoran kepada Muhammad SAW jatuh sakit. Beliau justru membesuk dan memberikan pengobatan serta mendoakan kesembuhannya.

Marilah memposting hal-hal yang bermanfaat, dan mengajak kepada kebaikan agar menjadi ladang pahala dan kebaikan buat diri kita, hentikan sikap merasa paling benar dan saling menyalahkan.

Mari saling mengasihi antar sesama, karena ukuran “kasih” sayang Tuhan terhadap hambaNya sangat ditentukan seberapa besar “kasih” sayang kita terhadap sesama manusia.

Bahkan Rasulullah dengan tegas mengatakan dalam haditsnya: “tidaklah sama sekali seseorang dikatakan beriman sampai dia mengasihi, mencintai sesamanya manusia sebagaimana ia mencintai dan mengasihi dirinya sendiri.”
Pertanyaannya adakah orang yang membenci dirinya sendiri??

Penulis : Muhammad Satar
Dosen IAIN Parepare

Tinggalkan Balasan