UM Siap Hadirkan Kajian Manusia Bugis

PAREPARE, SULAPA. COM – Universitas Muhammadiyah (UM) Parepare mewacanakan menghadirkan pusat studi kajian manusia Bugis, hal tersebut sejalan dengan dimasukkannya muatan lokal kedalam kurikulum perkuliahan yang sudah berjalan kurang lebih 3 tahun di UM Parepare. Demikian di sampaikan Ketua BPH Umpar Andi Firdaus Djollong saat di temui tim liputan sulapa Kamis (20/08/20) Kemarin.

“Sebetulnya muatan baru lokal ini sudah berjalan 3 tahun dan ini tahun ketiga ada 1 kurikulum baru namanya muatan lokal itu mata kuliahnya namanya manusia Bugis ini mungkin satu-satunya di dunia ada 1 fakultas yang menjadikan referensi kebudayaan Bugis itu menjadi satu mata kuliah dalam bentuk muatan lokalnya nah ini kemudian kita mau bentuk pusat studi kajian manusia Bugis di dalamnya itu ada aspek kebudayaannya adat istiadat ada bahasa sastra.” Kata Mantan Legislator ini.

Andi Firdaus menjelaskan yang hilang di masyarakat bugis hilangnya kultur kedaerahan masuknya pengaruh masyarakat global. Dengan adanya masyarakat global ini UM perlu mencoba satu terobosan sehingga kearifan lokal itu tidak hilang. Global boleh tapi kelokalan yang harus tetap ada identitasnya.

“Sehingga Universitas Muhammadiyah Parepare dalam beberapa waktu lalu sudah mencoba mendiskusikan bagaimana ada 1 pusat studi -pusat studi kajian manusia Bugis ini yang hilang di tengah-tengah kita hari ini orang-orang menggunakan percakapan bahasa Bugis itu mulai hilang anak-anak yang orang Bugis sukunya Bugis tapi bahasanya tidak mengerti sama sekali soal kata-kata atau bahasa Bugis ini yang mesti diboboti sehingga kami pernah berdiskusi dan melakukan seminar. ” Jelas Andi Firdaus.

Andi Firdaus menambahkan, karena pengaruh tersebut sehingga masyarakat bugis semakin kehilangan identitasnya.

“Karena dianggap tidak penting karena harus global ini dianggap penting meski ini harus dirubah mansetnya tapi tanpa harus kehilangan identitas lokal coba kita kalau ke Jawa di mana-mana di sudut kota bahasa Jawa tidak ada bahasa Indonesia orang Cina pun kalau ketemu pasti pakai bahasa Cina nah kita orang Bugis malah bahasa Indonesia meski tetap kedua bahasa lain bahasa asing mesti yang harus dipelajari tapi tidak meninggalkan ciri lokal kita nanti juga mau diperjelas bahwa Bugis ini bukan hanya identitas suku Bugis tapi dia lebih banyak aspek di teritorial jadi jangan ada kesalahpahaman sejarah yang dipahami orang Bugis ini seakan-akan hanya sekedar berupa suku tetapi kalau kita buka lembaran sejarah itu lebih banyak menekankan aspek teori identitas Sulawesi Selatan identik dengan beberapa suku di dalamnya.” Tutup Direktur PDAM tersebut.

Tinggalkan Balasan