TANA TORAJA. SULAPA. COM – Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadits (STQH) XXXI di Tana Toraja merupakan sejarah awal dan suatu hal yang baru di kalangan masyarakat Tana Toraja khususnya, karena dalam kegiatan STQH masyarakat muslim dan non-muslim bekerjasama untuk menyukseskan kegiatan tingkat provinsi ini.
Pada kegiatan tersebut masyarakat Tana Toraja memberikan pelayanan terbaiknya untuk tamu dari luar daerah, tak kalah dengan pelayanan dari non-muslim, mereka menyediakan spot untuk cooffee morning untuk para kafilah-kafilah dari berbagai daerah.
Seperti yang dilakukan oleh jemaat gereja Paroki Makale menyambut dengan sajian kopi Tana Toraja secara gratis, setidaknya lebih dari 5 orang memberikan pelayanan kepada tamu walaupun berbeda agama.
Ustad Jami’ dari kafilah parepare juga sebagai pengawas madrasah pada kementerian agama (kemenag) Kota Parepare memberikan tanggapan tentang pelayanan tersebut.
“Selaku official dari kafilah kota parpare, setelah melihat penyambutannya, dari sekian banyak event STQ dan MTQ yang telah dilaksanakan, baru kali ini disambut dengan luar biasa bagi masyarakat mayoritas non-muslim sebagai bukti ada tempat mereka yang kita tempati untuk melakukan kegiatan ini seperti hafidz 10 dan 20 juz di gereja paroki makale yang sangat luas wilayahnya”, katanya
Ustad Jami’ malnjutkan, jika pelayanan masyarakat beserta pemerintahnya sangat luar biasa dan bentuk gotong royong antara ummat tergambar pada STQH XXXI di Tana Toraja.
“Didekat kolam kota makale ketika setelah shalat subuh disediakan untuk seluruh kontingen yaitu coffee morning, disajikan berupa kopi dan kue-kue tradisionl, tentunya sudah disterilkan sebagai produk halal, ini dilakukan oleh Majelis Taklim Tana Toraja kerjasama dengan panitian non-muslim yang secara bergiliran untuk menyiapkan hal tersebut, begitupun dipelataran gereja-gereja yang kita tempati lomba”, Ucap Ustad Jami’ dengan tergugah
Selaku orang yang ditugaskan sebagai official kafilah parepare, Ustad Jami’ berharap pelaksanaan STQ dan MTQ kedepannya tetap memerlihatkan kerjasama, baik antara ummat beragama, apalagi sesama ummat.
“Pelajaran berharga bagi kita ummat islam termasuk kabupaten/kota yang akan melakukan STQ & MTQ kedepannya, ini akan menjadi perbandingan ketika kita selaku mayoritas, justru pelaksanaannya tidak seperti pelayanannya, 1 hal yang mungkin kita harus pegang bahwa jangan sampai kita sebagai ummat islam yanh tahu tentang etika dan norma dalam islam, tapi kurang mempraktikkannya”, tutupnya
Gambaran tersebut dikarenakan sepanjang sejarah 70 tahun pelaksanaan STQ dan MTQ, baru kali ini dilaksanakan di Kab. Tator sehingga pemerintah beserta masyarakat Kab. Tator sangat antusias memberikan pelayanan terbaiknya dan berupaya menyukseskan kegiatan berskala besar tersebut. (Achy)