Apakah suatu negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, secara otomatis negaranya menjadi negara yang paling Islami ?Jawabannya, ternyata tidak otomatis !!!
Setidaknya hal ini terbukti dari hasil penelitian dari peneliti handal dari George Washington University, yakni Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari. Melalui penelitiannya berjudul How Islamic are Islamic Countries? Rehman dan Askari membuat indikator Islamicity Index yang menjadi ukuran tingkat keislamian sebuah negara. Antara lain tentang tata kelola pemerintahan, hubungan antar masyarakat, toleransi dalam beragama dan bermasyarakat, kebersihan, kenyamanan rakyat dan banyak hal lain yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an.
Penilaian dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islam yang diajarkan dalam Al Quran dan hadis, serta bagaimana praktiknya dalam kehidupan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nilai-nilai Islami tersebut bukan semata nilai moral, melainkan nilai-nilai budaya yang mencerminkan keadilan, saling menghormati, saling berbagi, dan kebebasan, termasuk di dalamnya kebebasan beragama itu sendiri. Hasil penelitian menilai, nilai-nilai tersebut justru terkadang hilang dalam negara Islam sendiri.
Dan yang mencengangkan hasil survey selama 5 tahun terakhir yang termasuk negara dengan kategori paling Islami justru disematkan ke negara-negara yang penduduknya mayoritas BUKAN ISLAM seperti Irlandia, New Zealand, Irlandia, Norwegia, Luxemburg, Singapura dan negara Eropa lainnya. Tahun 2018 yang termasuk negara paling Islami adalah Selandia Baru (New Zealand). Lebih memprihatinkan dari 10 besar negara paling Islami tidak satupun dari negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Indonesia yang merupakan negara yang penduduknya mayoritas Islam terbesar di dunia pun hanya menempati urutan 140. Negara-negara Arab dan Timur Tengah justru lebih mengenaskan terlempar ke urutan di atas 150.
Indeks Negara Islami menggunakan 4 hal yang menjadi parameter, yaitu ekonomi, hukum dan pemerintahan, hak asasi dan politik, serta hubungan internasional. Indeks tersebut mengukur seberapa dekat kebijakan dan pencapaian negara dalam merefleksikan nilai-nilai Islami di atas. Dari keempat parameter, Selandia Baru memperoleh nilai tertinggi lewat hukum dan pemerintahan, menyusul hak asasi dan politik, ekonomi, kemudian hubungan internasional.
“Jika negara, masyarakat, atau komunitas memperlihatkan karakteristik seperti korupsi, penindasan, ketimpangan hukum dan sosial, pengekangan terhadap kebebasan memilih, intoleran dan agresi sebagai instrumen resolusi konflik alih-alih dialog dan rekonsiliasi, ketidakadilan dalam berbagai bentuk, itu adalah bukti kuat bahwa mereka bukan negara, masyarakat, atau komunitas yang Islami,” jelas Profesor Askari
Kenyataan ini sangat ironis sekaligus memprihatinkan. Ternyata mayoritas rakyat yang beragama Islam dalam penelitian tersebut dianggap kurang menjalankan tata kehidupan yang Islami seperti diajarkan dalam kitab suci Al-Qur’an dan yang dicontohkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Dan hasil penilaian ini haruslah menjadi bahan renungan dan instrospeksi diri bagi kita semua.
Seorang ahli agama di Indonesia menolak kenyataan ini. Dia mengatakan percuma suatu tata kelola pemerintahan dan tata kehidupan masyarakat dianggap paling Islami tapi mereka tidak beragama Islam. Pernyataan ini menurut saya agak menggelikan dan cerminan dari ketidakmauan Ybs untuk instrospeksi diri.
Kalau ada pilihan :
PERTAMA : yang penting beragama Islam. KEDUA : Tidak beragama Islam tapi tawadhu menjalankan semua perintah Allah yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan menjalankan kehidupan yang santun dan harmoni seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Saya lebih memilih pilihan kedua. Meskipun seharusnya lebih baik lagi beragama Islam dan sekaligus menjalankan tawadhu semua perintah Allah yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an dan menjalankan kehidupan yang santun dan harmoni seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Point penting dari tulisan saya ini adalah beragama semata ternyata tidak cukup. Tapi lebih penting itu bagaimana kita beragama dan sekaligus secara konsisten menjalankan semua perintah Allah yang tertuang dalam kitab suci. Apapun agamanya.
Jangan teriak-teriak ingin mendapatkan surga tapi dengan cara menciptakan neraka selama hidupnya di dunia. Mikiiir !!!
Salam SATU Indonesia
25062019
Oleh : Rudi S Kamri