Hari ini, 15 Juli 2019 adalah hari pertama anak-anak masuk ke sekolah.
Belajar lagi dan libur telah usai. Silakan cek, betapa bahagia hati dan pikiran anak-anak jelang masuk sekolah. Mulai dari minta beli seragam, sepatu, buku tulis, hingga aksesori keperluan sekolah.
Tapi sayang, semangat dan energi besar anak-anak ke sekolah. Tidak berbanding lurus dengan “kepedulian” orang tua untuk mengantar anaknya ke sekolah. Pagi ini, masih banyak anak yang di antar ojol, supir, bahkan kakaknya. Orang tua, ayah atau ibu, tidak hadir ke sekolah. Gerakan Antar Anak Hari Pertama ke sekolah, ternyata hanya sebatas himbauan di bibir saja. Karena faktanya, tidak sedikit orang tua yang sibuk dengan urusannya sendiri.
Kemarin-kemarin, orang tua yang protes sistem zonasi tidak adil. Orang tua pula yang sering ngomong bahwa pendidikan karakter anak sangat penting diajarkan. Bahkan orang tua pula yang sering mengkritisi kondisi sekolah; dari mulai guru, fasilitas hingga kualitas belajar. Tapi sekali lagi sayang, orang tua pula menjadi “motor ketidak-pedulian” terhadap sekolah, terhadap pendidikan anaknya sendiri.
Kenapa orang tua tidak antar anak ke sekolah hari ini?
Sibuk atau banyak urusan. Atau merasa bukan pekerjaannya. Atau lebih ngeri lagi bila sekolah dianggap sebagai tempat penitipan anak. Segalanya sudah dibayar mahal, anak silakan belajar sekaligus dititipkan ke sekolah. Anggapan itu semua salah. Karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, apalagi guru. Pendidikan itu adalah proses membentuk cara berpikir dan sikap (sekarang disebut karakter) anak. Tentu, pengaruh kuatnya persis seperti yang diperagakan orang tuanya sendiri. Orang tua cuek, maka anak pun cuek. Orang tua tidak peduli, apalagi anaknya. Maka, pendidikan pun jangan dibuatc malah menistakan tanpa ada kepedulian.
Sahabat orang tua, seperti saya. Bila pendidikan targetnya untuk memintarkan anak, pasti semua sekolah ingin begitu. Semua pengen anaknya cerdas. Tapi bila pendidikan untuk membentuk karakter anak, maka orang tua pun harus peduli. Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab. Dan itu, bisa dimulai dari hal kecil. Mengantar anak ke sekolah di hari pertama, toh hanya setahun sekali.
Mengapa antar anak ke sekolah di hari pertama?
Memang, sepertinya terlalu simbolik atau kamuflase. Tapi bila dicermati, ada banyak manfaat positif dari mengantar anak ke sekolah. Paling minimal, orang tua bisa tahu keadaan sekolah secara fisik, di samping dapat membangun hubungan emosional dengan guru dan pihak sekolah. Terjadi komunikasi antara orang tua dan sekolah. Patut diketahui, hampir seluruh masalah di sekolah, antara siswa dan guru atau orang tua dan sekolah terjadi karena kurangnya komunikasi dan minimnya kedekatan emosional.
Mengantar anak ke sekolah. Setidaknya dapat “membesarkan” hati anak. Bahwa orang tua telah memberikan kepercayaan kepada si anak untuk melakukan kegiatan belajar di luar rumah. Bahkan lebih dari itu, orang tua dapat melihat lebih objektif proses belajar si anak dalam konteks lingkungan sekolah, bukan sebatas lingkungan rumah.
Gerakan orang tua antar anak ke sekolah. Sungguh, tradisi yang harus terus digelorakan, dilaksanakan. Karena pendidikan butuh kepedulian semua pihak; pemerintah, sekolah, guru, siswa, dan yang terpenting orang tua.
Lalu, kenapa masih ada orang tua yang tidak atau belum mau antar anak ke sekolah? Ketahuilah, kehebatan terbesar anak di sekolah bukanlah pada kecerdasannya. Tapi pada karakter dan kebesaran perasaannya untuk terus belajar… #HariPertamaKeSekolah
Oleh: Syarifudin Yunus – Mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak