Akhir-akhir ini banyak diperbincangkan tentang nasionalisme. Kekhawatiran ini muncul sangat beralasan. Anak-anak masa kini biasa disebut millenial semangat nasionalismenya sudah mulai luntur. Indikasi itu dapat dilihat dari postingan mereka di media sosial. Dan sangat memperhatinkan orang tua mereka. Dunia maya tidak pernah terlepas dari kaum millenial. Hampir seluruh aspek kehidupannya tidak lepas dari gennggamannya handphone atau ketergantungan gadget.
Dari sisi positif banyak hal yang bisa diperoleh dari gadget namun mudaratnya juga tidak sedikit. Menurut Ibu Ratih salah seorang psiokolog bahwa ketergantungan anak-anak kepada gadget akan memdidik mereka menjadi generasi malas. Informasi diperoleh tidak perlu bersusah payah cukup mencari lewat GOOGLE semua informasi tersajikan. Cepat atau lambat ini membuat generasi tidak terlalu menantang. Dalam istilah Bahasa Inggris” easy come easy go” lebih muda didapat lebih muda pergi.
Di era masyarakat industri 4,0 yang ditandai dengan pemanfaatan bahkan ketergantungan manusia terhadap produk teknologi dan informasi berimbas pada cara beribadah dan belajar agama. Sekarang orang lebih senang belajar agama melalui internet, lebih suka belajar secara online dari pada offline,” jelas Azmi.
Apa yang selalu dibaca para generasi muda tergantung kontennya. Kalau mereka sering membaca atau mendengar apa yang diperoleh dari media sosial maka pemikiran itulah yang tertanam dalam dirinya. Ada kelompok mengatasnamakan agama untuk meronrong nilai-nilai kebangsaan yang telah dibangun founding fathers ( para pendiri bangsa ). Ada kelompok alergi terhadap Lagu Indonesia Raya dan mengharamkan simbol-simbol negara. Kita menyadari Bangsa Indonesia dari berbagai agama, etnis, bahasa dan suku. Bangsa Afganistan hanya punya 4 suku yang telah berperang kurang lebih 40 tahun bahkan sampai hari ini masih berperang. Generasi muda jangan sampai otaknya dicuci gazwul fikr ( perang pemikiran ) hal-hal yang dapat merusak jiwa nasionalisme yang telah tertanam pada diri mereka.
Apakah arti Nasionalisme ?
Secara bahasa, nasionalisme adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris yaitu nation. Kata nation jika diartikan ke bahasa Indonesia artinya adalah bangsa.
Jika merujuk pada arti dari asal katanya, nasionalisme adalah sesuatu yang berkaitan dengan bangsa. Bangsa sendiri adalah sebuah rumpun masyarakat yang tinggal di sebuah teritorial yang sama dan memiliki karakteristik yang hampir sama.
Menurut KBB (Kamus Bahasa Besar Indonesia), nasionalisme adalah sebuah paham yang mengajarkan untuk mencintai bangsanya sendiri. Dalam hal ini jelas jika nasionalisme sangat erat kaitannya dengan mencintai negara baik budayanya, masyarakatnya maupun tatanan yang ada di negara tersebut.
Jika merujuk pada KBBI, maka orang yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi adalah orang yang mencintai negaranya.
Mencintai tanah air merupakan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah mencintai Makkah dan Madinah karena dua tempat mulia tersebut merupakan tanah air beliau. Mencintai tanah air adalah bagian dari iman karena tanah air merupakan sarana primer untuk melaksanakan perintah agama. Tanpa tanah air, seseorang akan menjadi tunawisma. Tanpa tanah air, agama seseorang kurang sempurna, dan tanpa tanah air, seseorang akan menjadi terhina. Syekh Muhammad Ali dalam kitab Dalilul Falihin halaman 37 mengatakan:
حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ
“Cinta tanah air bagian dari iman.”
Hadratusyekh KH.Hasyim Asy’ari dengan slogan hubbul wathon minal iman menumbuhkan jiwa patriotisme para untuk mengusir penjajah dari Bumi Indonesia. Rakyat dari seluruh tanah Jawa hingga menggema seluruh Indonesia bangkit melawan tentara Belanda yang ingin kembali berkuasa di Indonesia. Para santri yang sementara menuntut ilmu di pesantren-pesantren bersatu padu mengangkat senjata dengan laskar-laskar yang telah terbentuk untuk melawan Belanda.
Harun yang merupakan anggota Laskar Hizbullah dari Jombang (santri Tebuireng) tampak mendatangi Brigjen Mallaby di dalam mobilnya, lalu menembaknya dari jarak sangat dekat hingga tewas.
Suara tembakan itu didengar pengawal sang jenderal yang kebetulan berada di depan mobil itu, lalu sang pengawal berbalik ke belakang mobil dan melontarkan granat di bawah mobil itu, sehingga Harun yang bersembunyi di balik mobil sang jenderal pun tewas di tempat kejadian perkara (TKP).
Sosok Harun itu mengoyak lembaran pembelajaran sejarah yang sampai saat ini masih misteri, seperti misteri siapa sang pahlawan yang nekat naik Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) dan merobek bendera warna biru pada bendera Bangsa Belanda (merah, putih, biru).
Semangat seperti Harun yang tidak segan-segan mendatangi mobil yang ditumpangi Brigjen AWS Mallaby untuk menembaknya dari dekat sungguh sangat luar biasa, rasa takutnya hilang demi cintanya kepada tanah airnya Indonesia. Mungkin sosok anak muda seperti Harun tidak akan tertanam kalau semangat nasionalismenya tidak dibangun mulai dari sekarang.
By : S. Asli Umar
Parepare Sabtu, 17 Agustus 2019