Opini : Jakarta Baru Ala Anies Baswedan, Pawai Obor Malam Tahun Baru Islam


Selamat Tahun Baru 1 Muharom bagi saudara yang merayakannya. Selain semangat dan sejumlah harapan baru di tahun baru hijriah yang bertepatan dengan beberapa bulan di penghujung tahun Masehi jika dikonversi.

Berdecak kagum penuh haru, menyaksikan antusias ribuan warga Jakarta yang larut dalam kebahagiaan penuh suka cita dibawah langit Jakarta dalam Festival Muharrom yang diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Kebanggan yang saya maksud adalah karena sudah turut serta menjadi salah satu bagian kecil dalam perjuangan besar yang mengantarkan jalan sosok Anies Baswedan memimpin Jakarta dua tahunan lalu.

Ya, masih jelas dalam ingatan, ketika harus keluar masuk gang di sekitar wilayah Kecamatan Gambir Jakarta Pusat di kisaran Januari hingga April 2017 lalu.–Bagi sebagian orang, tugas saya mungkin tidak seberapa. Tapi bagi saya, yang baru beberapa bulan menginjakkan kaki di Ibukota tentu harus mensyukuri modal kepercayaan tersebut. Terlebih amanah yang harus dijaga.

Modal kepercayaan untuk memimpin sekitar 240 relawan yang tersebar di wilayah Petojo Utara, bukanlah hal mudah, bagi saya yang baru beberapa bulan berkenalan dengan kantong-kantong penduduk warga Ibukota. Rasanya semua pengetahuan dan sedikit pelajaran mengorganisir ratusan relawan kala itu.

Harus rela berbagi waktu kuliah dari pagi sampai sore di PPs UNJ lalu lanjut bergerilya di malam hari hingga kadang dinihari dan kadang pulang subuh untuk mengorganisir kekuatan rakyat yang konon kala itu sulit dimenangkan. Tertidur dalam posisi duduk dengan membenamkan kepala di meja ruang kuliah di jam istirahat hampir jadi keseharian kala itu. Hampir selalu memilih posisi paling sudut belakang …mungkin beberapa teman kuliah di Pasca UNJ masih ingat, entahlah!.

Tapi satu yang pasti saya tidak pernah menyampaikan secara gamblang ke teman2 perihal kenapa selalu tertidur di ruang kuliah saat jam istirahat. –Akhirnya semua terobati, kekalahan telak di Pilgub putaran pertama di wilayah Gambir khususnya Petojo Utara dapat terbayar di putaran kedua.

Mengingatnya adalah pengalaman yang melelahkan sekaligus menggembirakan. Berkat hal tersebut, mendapat pengetahuan lebih banyak soal kondisi sosial masyarakat Jakarta secara langsung. Tanpa harus diceritakan atau sekedar menyaksikan dari layar televisi.

Anies Baswedan malam ini adalah Anies Baswedan dua tahun lalu yang di kampanyekan dengan tageline MAJU KOTANYA BAHAGIA WARGANYA. Nihil tanpa pencitraan buta. Ia betul-betul memimpin dengan menggembirakan. Bukan hanya satu kelompok atau golongan.

Latar belakang studi dan interaksi sosial sosok Anies di pergaulan Internasional, rasanya tak perlu diragukan lagi. Ia mengaplikasikan hal tersebut selama kepemimpinannya di Jakarta. Tenun kebangsaan Anies begitu lekat di warga DKI Jakarta. Ia sudah terbiasa dengan kebhinekaan jauh sebelum anak-anak muda (mengaku) milenial fasih mengeja SAYA PANCASILA SAYA INDONESIA. haha

Mengingat sosok Anies, membayangkan Ia tidak hanya melakukan tenun kebangsaan bagi warga DKI Jakarta, tapi warga Indonesia secara keseluruhan. Mengingat duka Papua, rasanya rakyat Indonesia butuh sosok ‘Penenun Kebangsaan’ Anies Baswedan. Mengobati luka Papua ditengah kepemimpinan nasional hari ini. hmm…

Asran Siara (Warga Jakarta)

Tinggalkan Balasan