WAMENA PAPUA, SULAPA. COM – Anastasa (27), seorang perawat dari yang berasal dari Desa Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda Luwu Timur (Lutim) Sulawesi Selatan memilih bertahan di Wamena saat kerusuhan.
Anastasa bertahan demi kamanusiaan, dimana dibutuhkan tenaganya untuk melayani masyarakat ditempat ia bekerja karena kekurangan tenaga perawat.
Warga Lutim ini lebih memilih bertahan pasca kerusuhan dari pada mengungsi kekampung halamannya, padahal para pendatang sudah pada mengungsi menyelamatkan diri masing-masing.
Anastasa meceritakan kisanya kenapa dirinya memilih merantau ke sana, karena ia dibutuhkan tenaganya karena kurangnya tenaga perawat dilokasi tempatnya bekerja.
Padahal saat ini Wamena sementara dirundung kekacauan hingga terjadi pembakaran rumah warga dan terjatuh puluhan korban yang merupakan warga pendatang.
Anastasia sendiri adalah mantan perawat dari RSUD I Lagaligo Wotu pada tahun 2014, dan bekerja di RSUD selama 4 Tahun lamanya.
Akibat status Anastasa di RSUD I Lagilgo sebagai tenaga sukarela, sehingga dirinya memutuskan ke Wamena Papua pada tahun 2018, untuk mencari kerja.
Sumber Sindo saat dihubungi via telepon, Anastasa menjelaskan, bahwa ia memutuskan kan ke Wamena akibat kebutuhan ia dan keluarganya semakin menigkat, apalagi adik Anastasia saat ini sedang kuliah.
“Saya memutuskan untuk merantau ke Papua, karena adik bungsu saya sudah menuntut ilmu di jenjang perkuliahan, sedangkan saya masih berstatus tenaga sukarela waktu itu, untuk memenuhi kebutuhan kuliah adik. Saya kemudian meminta resign dari rumah sakit dan memilih merantau ke tanah Papua tepatnya di Kota Wamena,” ungkapnya.
Setiba di Wamena awalnya saya bekerja di apotek tapi hanya 29 hari saja karena saya kemudian mendapat panggilan kerja di Klinik Advent Wamena, disitu dirinya bekerja kurang lebih 5 bulan karena waktu itu ia sempat kembali ke Sulawesi untuk mengikuti ujian Kompetensi Untuk Frofesi NERS (UKOM).
Kemudian beberapa bulan Anastasia kembali ke Wamena karena dipanggil kerja di Klinik Bhayangkara Polres Jayawijaya, dengan status menggantikan pegawai klinik yang sedang hamil selama 2 bulan.
Setelah itu, kata Anastasia, ia juga berkesempatan kerja mengikuti Satgas dengan kontrak 10 bulan yang di mulai bulan Maret 2019 lalu.
“Awal penepatan kerja saya di distrik Panaga berhubung karena akses jalan pada saat itu kurang baik, saya dan team kemudian dipindahkan lagi ke distrik Bolubur selama 2 bulan, lalu setelah itu dipindahkan lagi ke distrik Geya,” ujarnya.
Sampai pada saat ini, kata Anstasia, waktu kerusuhan pada Senin 23 -September-2019 sebelum terjadi kekacauan di Wamena ia bersiap – bersiap untuk kembali ke distrik tapi saat itu sudah tidak sempat lagi, karena kondisi Wamena yang sangat buruk dan mencekam akhirnya ia mengungsi ke kodim selama 2 hari.
“Setelah kejadian saya ngungsi ke Polres dan Kodim, setelah beberapa hari disana saya berencana untuk kembali, ke Sulawesi tapi pihak klinik Polres meminta saya standbay sementara karena salah satu pegawainya akan pulang kampung,” urainya.
“Kalau pihak klinik sudah memutuskan saya kerja, saya akan kembali, kalau masi dibutuhkan saya tetap di Wamena,” ujarnya
Anastasia juga menejalskan kondisi Wamena Papua saat ini sudah tidak memanas, bahkan di Wamena sudah agak sepi, dikarenaka sudah ada ribuan warga yang memilih pulang, karena masalah yang terjadi.
“Saat ini warga di Wamena sendiri sudah menjalankan aktifitas seperti biasa, toko – toko sudah mulai dibuka kembali oleh warga,” ujarnya.
Anastasia juga meminta kepada masyarakat, agar jagan langsung percaya terkait pemberitaan atau konten di media sosial yang menyatakan Wamena masih dalam kondisi mencekam.
“Banyak berita hoax juga saya lihat sering dilempar ke medsos, pada hal Wamena sekarang sudah baikan,” jelasnya.
Meski jauh dari kampung halamannya, Anastasia merasa nyaman di Wamena, karena menurut dia seorang perawat, dimana pun tempat kerjanya ia harus terima.
“Saya juga disuruh pulang sama bapak saya, dan bapak saya juga sudah kirim ongkos pulang, cuman sementara saya cari tiket yang murah dulu, sambil tunggu keputusan dari pihak klinik,” tutupnya.
Keluarga Anastasa di Lutim maupun di Parepare berdoa agar tetap sehat dan tidak terjadi pada diri Anastasa,”kami doakan agar tetap selamat di daerah orang,”kata, Any sepupu Anastasa, di Parepare melalui via medsos. (Sam)