PW SEMMI ACEH : Syariat Islam Harus Di Tegakkan Secara Kaffah dan Totalitas

BANDA ACEH, SULAPA. COM – Pengurus Wilayah Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia Provinsi Aceh (PW SEMMI) mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Narkoba dan Syariat Islam Antara Regulasi dan Tragedi” di Aula FTK Gedung B Kampus UIN Ar Raniry Banda Aceh pada Jum’at (11/10/2019).

Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi Pengurus Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia provinsi aceh dengan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Ar Raniry Banda Aceh. Acara tersebut juga di hadiri oleh ratusan mahasiswa yang berada di kota banda aceh dan sekitarnya.

Acara Seminar Nasional tersebut di isi oleh Kolonel Inf. Azwar Usman. SH dari Asintel Kasdam, Dr. Fajran Zain, MA Executive Diretor The Aceh Institute, Tgk. H. Ahmad Tajuddin. AB dari Tokoh Agama, Fenny Steffy Burase dari Aktivis Sosial dan Husnul Jamil dari unsur aktivis mahasiswa.

Ketua panitia Amirul Haq dalam laporannya menyebutkan, kegiatan seminar nasional ini di buat untuk memperkuat silaturrahmi dan kolaborasi bersama serikat mahasiswa muslimin indonesia provinsi aceh sebagai wujud komitmen dalam membangun aceh secara kolektif.

Ketua umum PW SEMMI Aceh Husnul Jamil, dalam paparannya mengatakan bahwa kondisi penerapan syariat islam di aceh masih jauh dari pada harapan, syariat islam di aceh saat ini seperti hidup segan mati tak mau. Penerapan syariat islam tidak hanya berlaku bagi masyarakat aceh, namun penerapan syariat islam harus masuk ke meja pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif agar politik islam tidak hanya sebagai symbol, namun menjadi ideology politik bagi politisi, birokrasi dan korporasi yang ada di aceh saat ini.

Selain itu, maraknya penggunaan narkoba di aceh menjadi perhatian kita sebagai generasi muda aceh, sebanyak 73.201 warga Aceh diduga terindikasi kecanduan narkoba. Dari jumlah tersebut, sebanyak 916 mantan pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba telah direhabilitasi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Aceh, terhitung sejak 2017-2018. Sedangkan, 72.285 orang sisa belum tersentuh layanan rehabilitasi.

Lanjut Husnul, Sebagai salah satu bagian dari masyarakat yang bertanggung jawab terhadap jalannya pemerintahan, pemuda dan mahasiswa kini banyak yang apatis dan terkungkung oleh sistem pembelajaran kampus yang menyekat mahasiswa dari persoalan masyarakat. Melihat kondisi mahasiswa saat ini sangat memprihatinkan. Terlibat obat-obatan terlarang narkoba, seks bebas. Bahkan agama sekalipun dianggap sebagai barang kuno yang harus dimuseumkan.

Husnul menyebutkan ciri ciri mahasiswa, Pertama mahasiswa akademis, yakni mahasiswa yang berorientasi semata-mata pada urusan akademis.
Datang ke kampus, belajar, lalu ke perpustakaan, dengan harapan mendapatkan IPK tinggi dan lulus mendapatkan pekerjaan layak. Kedua mahasiswa romantis. Mahasiswa semacam ini, kata husnul jamil, terlihat dari tampilannya yang necis dalam rangka menggaet lawan jenis. Datang ke kampus dengan tampilan rambut klimis tetapi otaknya kosong. “Kepeduliannya kepada masyarakat juga tidak ada.

Tipe ketiga, yakni mahasiswa hedonis. Tampil dari rumah dengan segala kemewahannya. Tetapi di perjalanan berbelok arah dan lebih memilih nongkrong di kafe-kafe dan tempat lainnya. Keempat tipe agamis. Dia hanya mengedepankan hubungannya kepada Tuhan. Datang ke kampus, ke masjid dan senantiasa mendekatkan diri dengan iktikaf. Mahasiswa ini sibuk urusan rohani tapi melupakan masalah sosial. Kelima adalah tipe organisatoris. Mereka aktif di gerakan kemahasiswaan sebagai aktivis, memadukan studi yang penuh dengan teori dengan praktiknya di lapangan.

“Agar mahasiswa menjadi agen perubahan maka harus menjadikan tiga tipe dalam satu-kesatuan. Masing-masing tipe mahasiswa akademis, agamis dan organisatoris,” ungkap Husnul Jamil.

Tinggalkan Balasan